BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penduduk
merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional. Sebagai modal dasar atau
aset pembangunan, penduduk tidak hanya sebagai sasaran pembangunan, tetapi juga
merupakan pelaku pembangunan. Sementara itu jumlah penduduk yang besar bukan
jaminan keberhasilan suatu pembangunan. Peningkatan jumlah penduduk yang besar
tanpa adanya peningkatan kesejahteraan justru bisa menjadi bencana, yang pada
gilirannya dapat menimbulkan gangguan terhadap program-program pembangunan yang
sedang dilaksanakan. Selain itu juga akan dapat menimbulkan berbagai kesulitan
bagi generasi yang akan datang.
Pemenuhan
kebutuhan merupakan salah satu indikator pencapaian kesejahteraan penduduk,
namun di dalam perjalanan pemenuhan kebutuhan ini penduduk mengalami kesulitan
karena pada daerah-daerah tertentu, peningkatan jumlah penduduk yang tinggi
tidak diiringi dengan peningkatan sumber daya manusia sehingga menimbulkan
peningkatan angka pengangguran, atau dengan kata lain di tempat yang jumlah
penduduknya tinggi akan lebih sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Maka dari itu
pencapaian kesejahteraan harus diikuti dengan pemerataan persebaran penduduk,
karena dengan pemerataan persebaran penduduk dapat mempermudah seseorang untuk
memperoleh peluang kerja yang lebih memadai.
Maka
dari itu peningkatan jumlah penduduk harus diimbangi dengan pemerataan jumlah
penduduk di daerah-daerah. Salah itu program yang dapat dilakukan untuk
memecahkan masalah tersebut adalah transmigrasi. Transmigrasi adalah bagian
dari migrasi. ”Migrasi merupakan salah satu dari 3 faktor determinan Geogtafi
(Sutomo, 2010)”. Konsep dasar dari migrasi adalah mobilitas penduduk. Menurut
Yulianto menyatakan bahwa ”migarsi merupakan salah satu dari ketiga faktor
dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, sedangkan faktor lain adalah
kelahiran dan kematian”.
Dari pengertian-pengertian diatas, kami akan menjelaskan didalam
makalah ini Mengenai Pertumbuhan dan
Mobilitas Penduduk pada Masa Orde Baru.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pertumbuhan dan Mobilitas
Penduduk pada Masa Orde Baru
Pada jaman orde baru, tujuan utama
transmigrasi tidak semata-mata memindahkan penduduk dari pulau Jawa ke luar
Jawa, namun ada penekanan pada tujuan memproduksi beras dalam kaitan pencapaian
swasembada pangan. Pembukaan daerah transmigrasi diperluas ke wilayah
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi, bahkan sampai ke Papua. Tahun
1965-1969, belum ditentukan target jumlah transmigran yang harus dipindahkan.
Bahkan terkesan belum begitu perhatian terhadap progran transmigrasi. Daerah
transmigran seperti Lampung, Jambi, Sumatera Selatan yang pada awalnya banyak sekali
menerima transmigran, pada periode ini hanya menerima sekitar 52 % dari total
transmigran yang diberangkatkan. Jumlah yang dikirim ke Sulawesi sekitar 25%,
sisanya ke pulau-pulau lain seperti Kalimantan dan Papua. Jika pada masa orde
lama dikenal empat katagori transmigrasi, pada periode ini hanya dikenal dua
kategori yaitu transmigrasi umum dan transmigrasi spontan.
Pada transmigrasi spontan pemerintah
hanya mengorganisir perjalanan dari daerah asal ke tempat tujuan, ongkos ongkos
semua ditanggung peserta. Sementara transmigrasi spontan, semua ongkos
ditanggung pemerintah, dan di lokasi memperoleh lahan seluas 2 hektar, rumah,
dan alat-alat pertanian, serta biaya selama 12 bulan pertama untuk di daerah
tegalan, dan 8 bulan pertama di daerah persawahan menjadi tanggungan
pemerintah. Jumlah seluruh trasmigran yang berhsil dipindahkan pada periode ini
sebanyak 182.414 orang atau sekitar 52.421 keluarga. Masih pada jaman orde
baru, tepatnya tahun 1974 ketika Gunung Merapi meletus, ada kejadian seluruh
warga desa diikutsertakan dalam program transmigrasi, di lokasi baru mereka
menempati daerah yang sama. Dari kejadian inilah kemudian muncul istilah
transmigrasi bedol desa.
Pada periode rencana pembangunan
lima tahun (repelita) ke-2 antara tahunn 1974-1979, konsep transmigrasi
diintegrasikan ke dalam pembangunan nasional. Dalam kerangka pembangunan
nasional tersebut, transmigrasi diharapkan dapat meningkatkan ketahanan nasional,
baik di bidang ekonomi, sosial, maupun budaya, serta meningkatkan produksi
pangan dan komoditi ekspor. Produksi pertanian diharapkan dapat mendukung
sektor industri sebagai cita-cita pembangunan. Selain itu mulai tercetus
pemikiran untuk mengembangkan daerah tujuan semenarik mungkin, sehingga akan
banyak penduduk yang tertarik untuk pindah dari pulau Jawa dengan biaya mandiri
tanpa tergantung pada pemerintah. Target transmigrasi pada repelita ke-2 adalah
memberangkatkan 50ribu keluarga atau 250ribu orang per tahun, atau jika
dihitung selama selama lima tahun, transmigran yang harus diberangkatan
sebanyak 1,25 juta orang. Target yang tidak realistis tersebut pada tahun 1976
dikurangi menjadi 108ribu keluarga selama lima tahun, sedangkan realisasinya
pemerintah hanya mampu memberangkatkan sebanyak 204ribu orang atau sekitar 16%
dari target yang direncanakan.
Masa selanjutnya, pada repelita ke-3
(1979-1983) ada penekanan yang lebih mendalam terhadap kepentingan pertahanan
dan keamanan. Pelaksanaan transmigrasi spontan lebih didorong lagi dengan
mengembangkan kegiatan ekonomi di luar pulau Jawa guna menarik minat calon
transmigran. Target pemindahan transmigran sebanyak 250ribu keluarga dapat
dicapai, bahkan terlampaui sebanyak dua kali lipat. Pemerintah berhasil
memberangkatkan sebanyak 500ribu keluarga. Mengingat keberhasilan pada repelita
ke-3, maka pada repelita ke-4 target transmigran ditingkatkan lagi menjadi 750
ribu keluarga atau 3,75 juta orang. Pada akhir bulan Oktober 1985 telah
berhasil diberangkatkan sebanyak 350.606 keluarga atau 1.163.771 orang. Pada
periode ini diintroduksi konsep tentang pelestarian lingkungan, sehingga
transmigrasi juga diberi misi agar bisa memulihkan sumber daya alam yang sudah
tereksploitasi dan memelihara lingkungan hidup.
Karakteristik
penduduk Indonesia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu secara kuantitatif dan
secara kualitatif. Secara kuantitatif yaitu jumlah penduduk tergolong besar,
laju pertumbuhan cepat tetapi persebaran tidak merata. Sedangkan secara
kualitatif yaitu kualitas SDM penduduk Indonesia tergolong rendah.
Tingginya angka
pertumbuhan penduduk dan berkurangnya lahan pertanian karena untuk keperluan
non pertanian misalnya untuk perkantoran, jalan raya, dan pemukiman baru.
Sebagai akibatnya presentase penduduk yang bermukim dipedesaan menurun, yang
bermukim diperkotaan meningkat.
Dari segi
ekonomi program redistribusi penduduk yaitu menyediakan tenaga kerja untuk
perluasan produksi didaerah dan pembukaan lapangan kerja baru. Dari aspek
ideologi redistribusi penduduk berfungsi meningkatkan kesadaran berbangsa dan
bernegara. Dari aspek politik redistribusi penduduk menunjang pembauran etnik
atau suku bangsa, mempersempit kesenjangan kelas serta meningkatkan hubungan
antar kelompok masyarakat yang multikultural. Dari segi pertahanan keamanan
redistribusi penduduk mewujudkan sistem pertahanan keamanan rakyat semesta atau
Sishankamrata.
a. Tujuan
Transmigrasi pada masa Orde Baru yaitu :
1) Meningkatkan
taraf hidup rakyat.
2) Meningkatkan
pembangunan daerah.
3) Menyeimbangkan
persebaran penduduk.
4) Melaksanakan
pembangunan secara merata.
5) Memanfaatkan
sumber-sumber alam dan tenaga manusia.
6) Memperkukuh
rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
7) Memperkuat
pertahanan dan keamanan nasional.
b. Upaya menghambat arus Urbanisasi menuju
kota-kota besar
Alternatif dari kebijaksanaan itu ialah mengubah arah migran menuju
ke kota-kota kecil dan kota-kota sedang. Kota kecil perlu dibangun dengan
fasilitas perkotaan, prasarana transportasi dibangun dan ditingkatkan.
c. Peningkatan sarana transportasi dan komunikasi
Dengan membangun sentral-sentral telepon otomatis, telegram, radio
dan televisi.
Menurut Edward
Ullman ada 3 faktor yang mempengaruhi timbulnya interaksi kota, yaitu :
1. Adanya
wilayah yang saling melengkapi
2. Adanya
kesempatan untuk berinteraksi
3. Adanya
kemudahan transfer/pemindahan dalam ruang
Dalam kaitannya
dengan interaksi kota tersebut, maka mobilitas penduduk dapat diartikan sebagai
suatu perpindahan penduduk baik secara teritorial ataupun geografis. Hubungan
timbal balik antara kota dengan kota maupun antara kota dengan desa dapat
menyebabkan munculnya gejala-gejala yang baru yang meliputi aspek ekonomi,
sosial maupun budaya. Gejala ini dapat bersifat positif ataupun negatif bagi
desa dan kota.
B.
Pusat-Pusat
pertumbuhan di Indonesia pada masa Orde Baru
Untuk
mengetahui munculnya pusat-pusat pertumbuhan di Indonesia terdapat 2 teori
yaitu :
1. Teori Tempat
Sentral ( central place theory ) oleh Walter Christaller
Bahwa Pusat
lokasi aktivitas yang melayani berbagai kebutuhan penduduk harus berada di
suatu tempat sentral yaitu tempat yang memungkinkan partisipasi manusia dengan
jumlah yang maksimum.Tempat sentral itu berupa ibukota kabupaten, kecamatan,
propinsi ataupun ibukota Negara. Masing-masing titik sentral memiliki daya
tarik terhadap penduduk untuk tinggal disekitarnya dengan daya jangkau yang
berbeda.
2. Teori Kutub
Pertumbuhan ( Growth Pole Theory ) oleh Lerroux
Bahwa
pembangunan yang terjadi di manapun tidak terjadi secara serentak tapi muncul
pada tempat-tempat tertentu dengan kecepatan dan identitas yang berbeda.
Kawasan yang menjadi pusat pembangunan dinamakan pusat-pusat atau kutub-kutub
pertumbuhan. Dari kutub inilah proses pembangunan menyebarke wilayah-wilayah
lain di sekitarnya..
Suatu titik
lokasi menjadi pusat pertumbuhan disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
a. Kondisi
fisik wilayah
b. Kekayaan
sumber daya alam
c. Sarana
dan prasarana transportasi
d. Adanya
industri
Pertumbuhan
penduduk pada masa orde baru memiliki beberapa dampak dalam penghasilan melalui
transmigrasi. Diantaranya terdapat dampak revolusi hijau dan
industrialisasi terhadap perubahan teknologi dan lingkungan di berbagai daerah
pada masa orde baru.
1.
Revolusi Hijau.
Revolusi Hijau merupakan revolusi biji-bijian dari hasil penemuan ilmiah berupa benih unggul dari berbagai varietas gandum, padi, dan jagung yang membuat hasil panen komoditas tersebut meningkat di begara-negara berkembang. Revolusi hijau lahir karena masalah pertambahan penduduk yang pesat. Pertambahan penduduk harus diimbangi dengan peningkatan produksi pertanian.
Upaya peningkatan produksi pertanian digalakkan melalui :
a. Pembukaan
lahan pertanian baru.
b. Mekanisasi pertanian.
c. Penggunaan pupuk baru.
d. Mencari metode yang tepat untuk pemberantasan
hama.
2.
Perkembangan Revolusi Hijau di Indonesia
Masyarakat Indonesia yang agraris menjadikan pertabian sebagai sektor penting dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini didasari oleh :
a) Kebutuhan masyarakat yang meningkat dengan
pesat.
b) Tingkat produksi pertanian yang masih sangat
rendah.
c) Produksi pertanian belum mampu memenuhiseluruh
kebutuhan masyarakat.
Untuk meningkatkan produksi pertanian pemerintah mengupayakan :
d) Intensifikasi
e) Ekstensifikasi
f) Diversifikasi
g) Rehabilitasi
3.
Perkembangan Industrialisasi
a. Industri Pertanian
·
Industri pengolahan hasil tanaman pangan
termasuk hortikultura
·
Industri
pengolahan hasil perkebunan
·
Industri
pengolahan hasil perikanan
·
Industri
pengolahan hasil hutan
·
Industri
pupuk
·
Industri
Pestisida
·
Industri
Mesin dan peralatan pertanian
b. Industri Non Pertanian
·
Industri
Semen
·
Industri
Besi baja
·
Industri
Perakitan kendaraan bermotor
·
Industri
elektronik
·
Industri
kapal laut
·
Industri
Kapal terbang
BAB III
KESIMPULAN
Tingginya angka
pertumbuhan penduduk mengharuskan pemerintah bertindak. Salah satu tindakan
pemerintah adalah transmigrasi. Perjalanan
transmigrasi yang pada awalnya sulit untuk dilaksanakan berangsur-angsur menjadi
mudah untuk dilaksanakan. Masyarakat secara sukarela pindah ke daerah-daerah
yang lebih terpencil. Seiring dengan hal tersebut maka tujuan-tujuan
transmigrasi pun semakin bertambah banyak, yaitu untuk meningkatkan keamanan,
kemakmuran, dan kesejahteraan rakyat, serta mempererat rasa persatuan dan
kesatuan bangsa. Perubahan orde atau jaman juga sangat berpengaruh pada
penambahan tujuan transmigrasi. Secara umum dari awal dilaksanakannya
transmigrasi di Indonesia, jumah penduduk yang berhasil dipindahkan semakin
meningkat walaupun pada jaman penjajahan Jepang sempat mengalami penurunan
karena terjadi perang dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar