Powered By Blogger

Sabtu, 15 Februari 2014

Contoh Makalah Sejarah Pertumbuhan Penduduk Masa Orde Baru

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penduduk merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional. Sebagai modal dasar atau aset pembangunan, penduduk tidak hanya sebagai sasaran pembangunan, tetapi juga merupakan pelaku pembangunan. Sementara itu jumlah penduduk yang besar bukan jaminan keberhasilan suatu pembangunan. Peningkatan jumlah penduduk yang besar tanpa adanya peningkatan kesejahteraan justru bisa menjadi bencana, yang pada gilirannya dapat menimbulkan gangguan terhadap program-program pembangunan yang sedang dilaksanakan. Selain itu juga akan dapat menimbulkan berbagai kesulitan bagi generasi yang akan datang.
Pemenuhan kebutuhan merupakan salah satu indikator pencapaian kesejahteraan penduduk, namun di dalam perjalanan pemenuhan kebutuhan ini penduduk mengalami kesulitan karena pada daerah-daerah tertentu, peningkatan jumlah penduduk yang tinggi tidak diiringi dengan peningkatan sumber daya manusia sehingga menimbulkan peningkatan angka pengangguran, atau dengan kata lain di tempat yang jumlah penduduknya tinggi akan lebih sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Maka dari itu pencapaian kesejahteraan harus diikuti dengan pemerataan persebaran penduduk, karena dengan pemerataan persebaran penduduk dapat mempermudah seseorang untuk memperoleh peluang kerja yang lebih memadai.
Maka dari itu peningkatan jumlah penduduk harus diimbangi dengan pemerataan jumlah penduduk di daerah-daerah. Salah itu program yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut adalah transmigrasi. Transmigrasi adalah bagian dari migrasi. ”Migrasi merupakan salah satu dari 3 faktor determinan Geogtafi (Sutomo, 2010)”. Konsep dasar dari migrasi adalah mobilitas penduduk. Menurut Yulianto menyatakan bahwa ”migarsi merupakan salah satu dari ketiga faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, sedangkan faktor lain adalah kelahiran dan kematian”.
Dari pengertian-pengertian diatas, kami akan menjelaskan didalam makalah ini  Mengenai Pertumbuhan dan Mobilitas Penduduk pada Masa Orde Baru.



BAB II
PEMBAHASAN

    A.            Pertumbuhan dan Mobilitas Penduduk pada Masa Orde Baru
Pada jaman orde baru, tujuan utama transmigrasi tidak semata-mata memindahkan penduduk dari pulau Jawa ke luar Jawa, namun ada penekanan pada tujuan memproduksi beras dalam kaitan pencapaian swasembada pangan. Pembukaan daerah transmigrasi diperluas ke wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi, bahkan sampai ke Papua. Tahun 1965-1969, belum ditentukan target jumlah transmigran yang harus dipindahkan. Bahkan terkesan belum begitu perhatian terhadap progran transmigrasi. Daerah transmigran seperti Lampung, Jambi, Sumatera Selatan yang pada awalnya banyak sekali menerima transmigran, pada periode ini hanya menerima sekitar 52 % dari total transmigran yang diberangkatkan. Jumlah yang dikirim ke Sulawesi sekitar 25%, sisanya ke pulau-pulau lain seperti Kalimantan dan Papua. Jika pada masa orde lama dikenal empat katagori transmigrasi, pada periode ini hanya dikenal dua kategori yaitu transmigrasi umum dan transmigrasi spontan.
Pada transmigrasi spontan pemerintah hanya mengorganisir perjalanan dari daerah asal ke tempat tujuan, ongkos ongkos semua ditanggung peserta. Sementara transmigrasi spontan, semua ongkos ditanggung pemerintah, dan di lokasi memperoleh lahan seluas 2 hektar, rumah, dan alat-alat pertanian, serta biaya selama 12 bulan pertama untuk di daerah tegalan, dan 8 bulan pertama di daerah persawahan menjadi tanggungan pemerintah. Jumlah seluruh trasmigran yang berhsil dipindahkan pada periode ini sebanyak 182.414 orang atau sekitar 52.421 keluarga. Masih pada jaman orde baru, tepatnya tahun 1974 ketika Gunung Merapi meletus, ada kejadian seluruh warga desa diikutsertakan dalam program transmigrasi, di lokasi baru mereka menempati daerah yang sama. Dari kejadian inilah kemudian muncul istilah transmigrasi bedol desa.
Pada periode rencana pembangunan lima tahun (repelita) ke-2 antara tahunn 1974-1979, konsep transmigrasi diintegrasikan ke dalam pembangunan nasional. Dalam kerangka pembangunan nasional tersebut, transmigrasi diharapkan dapat meningkatkan ketahanan nasional, baik di bidang ekonomi, sosial, maupun budaya, serta meningkatkan produksi pangan dan komoditi ekspor. Produksi pertanian diharapkan dapat mendukung sektor industri sebagai cita-cita pembangunan. Selain itu mulai tercetus pemikiran untuk mengembangkan daerah tujuan semenarik mungkin, sehingga akan banyak penduduk yang tertarik untuk pindah dari pulau Jawa dengan biaya mandiri tanpa tergantung pada pemerintah. Target transmigrasi pada repelita ke-2 adalah memberangkatkan 50ribu keluarga atau 250ribu orang per tahun, atau jika dihitung selama selama lima tahun, transmigran yang harus diberangkatan sebanyak 1,25 juta orang. Target yang tidak realistis tersebut pada tahun 1976 dikurangi menjadi 108ribu keluarga selama lima tahun, sedangkan realisasinya pemerintah hanya mampu memberangkatkan sebanyak 204ribu orang atau sekitar 16% dari target yang direncanakan.
Masa selanjutnya, pada repelita ke-3 (1979-1983) ada penekanan yang lebih mendalam terhadap kepentingan pertahanan dan keamanan. Pelaksanaan transmigrasi spontan lebih didorong lagi dengan mengembangkan kegiatan ekonomi di luar pulau Jawa guna menarik minat calon transmigran. Target pemindahan transmigran sebanyak 250ribu keluarga dapat dicapai, bahkan terlampaui sebanyak dua kali lipat. Pemerintah berhasil memberangkatkan sebanyak 500ribu keluarga. Mengingat keberhasilan pada repelita ke-3, maka pada repelita ke-4 target transmigran ditingkatkan lagi menjadi 750 ribu keluarga atau 3,75 juta orang. Pada akhir bulan Oktober 1985 telah berhasil diberangkatkan sebanyak 350.606 keluarga atau 1.163.771 orang. Pada periode ini diintroduksi konsep tentang pelestarian lingkungan, sehingga transmigrasi juga diberi misi agar bisa memulihkan sumber daya alam yang sudah tereksploitasi dan memelihara lingkungan hidup.

Karakteristik penduduk Indonesia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu secara kuantitatif dan secara kualitatif. Secara kuantitatif yaitu jumlah penduduk tergolong besar, laju pertumbuhan cepat tetapi persebaran tidak merata. Sedangkan secara kualitatif yaitu kualitas SDM penduduk Indonesia tergolong rendah.
Tingginya angka pertumbuhan penduduk dan berkurangnya lahan pertanian karena untuk keperluan non pertanian misalnya untuk perkantoran, jalan raya, dan pemukiman baru. Sebagai akibatnya presentase penduduk yang bermukim dipedesaan menurun, yang bermukim diperkotaan meningkat.
Dari segi ekonomi program redistribusi penduduk yaitu menyediakan tenaga kerja untuk perluasan produksi didaerah dan pembukaan lapangan kerja baru. Dari aspek ideologi redistribusi penduduk berfungsi meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara. Dari aspek politik redistribusi penduduk menunjang pembauran etnik atau suku bangsa, mempersempit kesenjangan kelas serta meningkatkan hubungan antar kelompok masyarakat yang multikultural. Dari segi pertahanan keamanan redistribusi penduduk mewujudkan sistem pertahanan keamanan rakyat semesta atau Sishankamrata.
a.       Tujuan Transmigrasi pada masa Orde Baru yaitu :
1)      Meningkatkan taraf hidup rakyat.
2)      Meningkatkan pembangunan daerah.
3)      Menyeimbangkan persebaran penduduk.
4)      Melaksanakan pembangunan secara merata.
5)      Memanfaatkan sumber-sumber alam dan tenaga manusia.
6)      Memperkukuh rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
7)      Memperkuat pertahanan dan keamanan nasional.
b.       Upaya menghambat arus Urbanisasi menuju kota-kota besar
Alternatif dari kebijaksanaan itu ialah mengubah arah migran menuju ke kota-kota kecil dan kota-kota sedang. Kota kecil perlu dibangun dengan fasilitas perkotaan, prasarana transportasi dibangun dan ditingkatkan.
c.        Peningkatan sarana transportasi dan komunikasi
Dengan membangun sentral-sentral telepon otomatis, telegram, radio dan televisi.
Menurut Edward Ullman ada 3 faktor yang mempengaruhi timbulnya interaksi kota, yaitu :
1. Adanya wilayah yang saling melengkapi
2. Adanya kesempatan untuk berinteraksi
3. Adanya kemudahan transfer/pemindahan dalam ruang
Dalam kaitannya dengan interaksi kota tersebut, maka mobilitas penduduk dapat diartikan sebagai suatu perpindahan penduduk baik secara teritorial ataupun geografis. Hubungan timbal balik antara kota dengan kota maupun antara kota dengan desa dapat menyebabkan munculnya gejala-gejala yang baru yang meliputi aspek ekonomi, sosial maupun budaya. Gejala ini dapat bersifat positif ataupun negatif bagi desa dan kota.
     B.             Pusat-Pusat pertumbuhan di Indonesia pada masa Orde Baru
Untuk mengetahui munculnya pusat-pusat pertumbuhan di Indonesia terdapat 2 teori yaitu :
1. Teori Tempat Sentral ( central place theory ) oleh Walter Christaller
Bahwa Pusat lokasi aktivitas yang melayani berbagai kebutuhan penduduk harus berada di suatu tempat sentral yaitu tempat yang memungkinkan partisipasi manusia dengan jumlah yang maksimum.Tempat sentral itu berupa ibukota kabupaten, kecamatan, propinsi ataupun ibukota Negara. Masing-masing titik sentral memiliki daya tarik terhadap penduduk untuk tinggal disekitarnya dengan daya jangkau yang berbeda.
2. Teori Kutub Pertumbuhan ( Growth Pole Theory ) oleh Lerroux
Bahwa pembangunan yang terjadi di manapun tidak terjadi secara serentak tapi muncul pada tempat-tempat tertentu dengan kecepatan dan identitas yang berbeda. Kawasan yang menjadi pusat pembangunan dinamakan pusat-pusat atau kutub-kutub pertumbuhan. Dari kutub inilah proses pembangunan menyebarke wilayah-wilayah lain di sekitarnya..
Suatu titik lokasi menjadi pusat pertumbuhan disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
a.       Kondisi fisik wilayah
b.      Kekayaan sumber daya alam
c.       Sarana dan prasarana transportasi
d.      Adanya industri
Pertumbuhan penduduk pada masa orde baru memiliki beberapa dampak dalam penghasilan melalui transmigrasi. Diantaranya terdapat dampak revolusi hijau dan industrialisasi terhadap perubahan teknologi dan lingkungan di berbagai daerah pada masa orde baru.



1.    Revolusi Hijau.

Revolusi Hijau merupakan revolusi biji-bijian dari hasil penemuan ilmiah berupa benih unggul dari berbagai varietas gandum, padi, dan jagung yang membuat hasil panen komoditas tersebut meningkat di begara-negara berkembang. Revolusi hijau lahir karena masalah pertambahan penduduk yang pesat. Pertambahan penduduk harus diimbangi dengan peningkatan produksi pertanian.

Upaya peningkatan produksi pertanian digalakkan melalui :
a.       Pembukaan lahan pertanian baru.
b.       Mekanisasi pertanian.
c.        Penggunaan pupuk baru.
d.       Mencari metode yang tepat untuk pemberantasan hama.
2.     Perkembangan Revolusi Hijau di Indonesia

Masyarakat Indonesia yang agraris menjadikan pertabian sebagai sektor penting dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini didasari oleh :
a)       Kebutuhan masyarakat yang meningkat dengan pesat.
b)       Tingkat produksi pertanian yang masih sangat rendah.
c)       Produksi pertanian belum mampu memenuhiseluruh kebutuhan masyarakat.

Untuk meningkatkan produksi pertanian pemerintah mengupayakan :
d)      Intensifikasi
e)       Ekstensifikasi
f)        Diversifikasi
g)       Rehabilitasi
3.     Perkembangan Industrialisasi

a. Industri Pertanian
·         Industri pengolahan hasil tanaman pangan termasuk hortikultura
·          Industri pengolahan hasil perkebunan
·          Industri pengolahan hasil perikanan
·          Industri pengolahan hasil hutan
·          Industri pupuk
·          Industri Pestisida
·          Industri Mesin dan peralatan pertanian

b. Industri Non Pertanian
·          Industri Semen
·          Industri Besi baja
·          Industri Perakitan kendaraan bermotor
·          Industri elektronik
·          Industri kapal laut
·          Industri Kapal terbang



BAB III
KESIMPULAN

Tingginya angka pertumbuhan penduduk mengharuskan pemerintah bertindak. Salah satu tindakan pemerintah adalah transmigrasi. Perjalanan transmigrasi yang pada awalnya sulit untuk dilaksanakan berangsur-angsur menjadi mudah untuk dilaksanakan. Masyarakat secara sukarela pindah ke daerah-daerah yang lebih terpencil. Seiring dengan hal tersebut maka tujuan-tujuan transmigrasi pun semakin bertambah banyak, yaitu untuk meningkatkan keamanan, kemakmuran, dan kesejahteraan rakyat, serta mempererat rasa persatuan dan kesatuan bangsa. Perubahan orde atau jaman juga sangat berpengaruh pada penambahan tujuan transmigrasi. Secara umum dari awal dilaksanakannya transmigrasi di Indonesia, jumah penduduk yang berhasil dipindahkan semakin meningkat walaupun pada jaman penjajahan Jepang sempat mengalami penurunan karena terjadi perang dunia.



DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar