Powered By Blogger

Sabtu, 15 Februari 2014

Contoh Makalah Ridha

       I.            Pengertian Ridha

Perkataan ridha berasal dari bahasa arab, radhiya yang artinya senang hati (rela). Ridha menurut syariah adalah menerima dengan senang hati atas segala yang diberikan Allah swt, baik berupa hukum (peraturan-peraturan) maupun ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya. Sikap ridha harus ditunjukkan, baik ketika menerima nikmat maupun tatkala ditimpa musibah. Adapun beberapa pengertian ridha, yaitu:
Þ    Menurut W.J.S Purwadarminta dalam KBBI diartikan rela, suka, dan senang hati. Sedangkan secara istilah yaitu perasaan lega atu kepuasan seseorang terhadap hasil prestasi yang diraihnya atau keputusan yang diberikan oleh Allah SWT sebagai takdirnya, dan atau pihak lain yang harus diterima sesuai prinsip keadilan.
Þ    Menurut Imam Gozali, ridha adalah segala keputusan Allah SWT, merupakan puncak keindahan akhlak.

Orang yang berhati ridha pada Allah juga memiliki sikap optimis,lapang dada, kosong hatinya dari dengki, selalu berprasangka baik, bahkan lebih dari itu, yaitu memandang baik, sempurna, penuh hikmah, semua yang terjadi semua sudah ada dalam rancangan, ketentuan Allah. Berbeda dengan orang-orang yang selalu membuat kerusakan di muka bumi ini, mereka selalu ridha apabila melakukan perbuatan yang Allah haramkan, dalam hatinya selalu merasa kurang apabila meninggalkan kebiasaan buruk yang selama ini mereka perbuat, dengan kata lain merasa puas hati apabila aktivitas hidupnya bisa membuat risau, khawatir, dan selalu mengganggu terhadap sesamanya. Semuanya itu ia lakukan karena mengikut hawa nafsu yang tanpa ia sadari bahwa sebenarnya syaitan telah menjerat dirinya dalam perbuatan dosa. Lebih jelasnya Allah telah menjelaskan dalam surat At-Taubah ayat 96:
يَحْلِفُوْنَ لَكُمْ لِتَرْضَوْا عَنْهُمْ فَإِنْ تَرْضَوْا عَنْهُمْ فَإِنَّ اللهَ لاَ يَرْضَى عَنِ الْقَوْمِ الْفَاسِقِيْنَ
“Mereka akan bersumpah kepadamu, agar kamu ridha kepada mereka, tetapi jika sekiranya kamu ridha kepada mereka, Sesungguhnya Allah tidak ridha kepada orang-orang yang berbuat fasik.”

    II.            Karakteristik Sikap Ridha

Pendapat para ahli hikmah, ridha dikelompokan menjadi tiga tingkatan, yaitu ridha kepada Allah, ridha pada apa yang datang dari Allah, dan rida pada qada dan qadar Allah.
a.       Ridha kepada Allah dan Rasul-Nya
Pada hakekatnya seseorang yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat, dapat diartikan sebagai pernyataan ridha terhadap semua nilai dan syari’ah Islam.
“Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (Q.S.al-Bayyinah ayat 8 )
Maksud dari ayat diatas adalah jika kita ridha terhadap perintah Allah maka Allah pun ridha terhadap kita.
Seperti dalam Hadith Qudsi:

قَالَ اللهُ : مَنْ لَمْ يَرْضَى بِقَضَائِيْ وَلَمْ يَشْكُرْ بِنِعْمَائِيْ وَلَمْ يَصْبِرْ بِبَلاَئِيْ فَلْيَخْرُجْ

 تَحْتَ سَمَائِيْ وَلْيَطْلُبْ رَبًّا سِوَائِيْ

Artinya:
Allah berfirman kepada rasul SAW: Barangsiapa yang tidak ridha atas segala hukum perintah, larangan, janji qadha dan qadar-Ku, dan tidak bersyukur atas segala nikmat-nikmat-Ku, serta tidak sabar atas segala cobaan-Ku, maka keluarlah dari bawah langit-Ku yang selama ini engkau jadikan sebagai atapmu, dan carilah Tuhan lain selain diri-Ku (Allah)”.
Maksud hadits diatas adalah ridha untuk mentaati Allah dan Rasulnya.
b.      Ridha apa yang datang dari Allah
Yaitu ridha baik dalam bentuk perintah maupun larangan, kalau itu datangnya dari Allah, maka kita harus menerimanya dengan sepenuh hati. Apabila seseorang tidak ridha kepada apa yang datang dari Allah berarti ia benci kepada Allah.

c.       Ridha pada Qada dan Qadar
Ada sebuah kisah dari Ali bin Abi Thalib yang menerangkan tentang ridha terhadap taqdir Allah, yaitu :
“Pada suatu hari Ali bin Abi Thalib r.a. melihat Ady bin Hatim bermuram durja, maka Ali bertanya ; “Mengapa engkau tampak bersedih hati ?”. Ady menjawab ; “Bagaimana aku tidak bersedih hati, dua orang anakku terbunuh dan mataku tercongkel dalam pertempuran”. Ali terdiam haru, kemudian berkata, “Wahai Ady, barang siapa ridha terhadap taqdir Allah swt. maka taqdir itu tetap berlaku atasnya dan dia mendapatkan pahalaNya, dan barang siapa tidak ridha terhadap taqdirNya maka hal itupun tetap berlaku atasnya, dan terhapus amalnya”.
Ada dua sikap utama bagi seseorang ketika dia tertimpa sesuatu yang tidak diinginkan yaitu ridha dan sabar. Ridha merupakan keutamaan yang dianjurkan, sedangkan sabar adalah keharusan dan kemestian yang perlu dilakukan oleh seorang muslim.
Perbedaan antara sabar dan ridha adalah sabar merupakan perilaku menahan nafsu dan mengekangnya dari kebencian, sekalipun menyakitkan dan mengharap akan segera berlalunya musibah. Sedangkan ridha adalah kelapangan jiwa dalam menerima taqdir Allah swt. Dan menjadikan ridha sendiri sebagai penawarnya. Sebab didalam hatinya selalu tertanam sangkaan baik (Husnu-dzan) terhadap sang Khaliq bagi orang yang ridha ujian adalah pembangkit semangat untuk semakin dekat kepada Allah, dan semakin mengasyikkan dirinya untuk bermusyahadah kepada Allah.
Dalam suatu kisah Abu Darda’, pernah melayat pada sebuah keluarga, yang salah satu anggota keluarganya meninggal dunia. Keluarga itu ridha dan tabah serta memuji Allah swt. Maka Abu Darda’ berkata kepada mereka. “Engkau benar, sesungguhnya Allah swt. apabila memutuskan suatu perkara, maka dia senang jika taqdirnya itu diterima dengan rela atau ridha.
Begitu tingginya keutamaan ridha, hingga ulama salaf mengatakan, tidak akan tampak di akhirat derajat yang tertinggi daripada orang-orang yang senantiasa ridha kepada Allah swt. dalam situasi apapun.
Itulah ketiga kelompok ridha menurut baitul hikmah, namun ada beberapa pendapat mengatakan ridha kepada perintah orang tua juga ridha kepada peraturan atau Undang-undang negara.

a.       Ridha Kepada Perintah Orang Tua
Ridha terhadap perintah orang tua merupakan salah satu bentuk ketaatan kita kepada Allah swt. karena keridhaan Allah tergantung pada keridhaan orang tua, perintah Allah dalam Q.S. Luqman (31) ayat 14 yang artinya : “ Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Q.S. Luqman :14)
Bahkan Rasulullah bersabda : “Keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua, dan murka Allah tergantung murka orang tua”. Begitulah tingginya nilai ridha orang tua dalam kehidupan kita, sehingga untuk mendapatkan keridhaan dari Allah, mempersyaratkan adanya keridhaan orang tua. Ingatlah kisah Juraij, walaupun beliau ahli ibadah, ia mendapat murka Allah karena ibunya tersinggung ketika ia tidak menghiraukan panggilan ibunya.
b.      Ridha Terhadap Peraturan dan Undang-Undang Negara
Mentaati peraturan yang belaku merupakan bagian dari ajaran Islam dan merupakan salah satu bentuk ketaatan kepada Allah swt. karena dengan demikian akan menjamin keteraturan dan ketertiban sosial. Allah berfirman dalam Q.S. an-Nisa (4) ayat 59 yang artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.( Q.S. an-Nisa :59)
Ulil Amri artinya orang-orang yang diberi kewenangan, seperti ulama dan umara (Ulama dan pemerintah). Ulama dengan fatwa dan nasehatnya sedangkan umara dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Termasuk dalam ridha terhadap peraturan dan undang-undang negara adalah ridha terhadap peraturan sekolah, karena dengan sikap demikian, berarti membantu diri sendiri, orang tua, guru dan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian mempersiapkan diri menjadi kader bangsa yang tangguh.


 III.            Bentuk Perilaku Ridha
Adapun bentuk perilaku ridha yang dapat kita wujudkan dalam perilaku , yaitu sebagai berikut:
a.       Sabar dalam melaksanakan kewajiban hingga selesai dengan kesungguhan usaha atau ikhtiar dan penuh tanggung jawab.
b.      Tidak iri hati atas kekurangan atau kelebihan orang lain dan tidak ria untuk dikagumi hasil usahanya.
c.       Senantiasa bersyukur atau berterima kasih kepada Allah swt. atas segala nikmat pemberian-Nya. Hal itu adalah upaya untuk mencapai tingkat tertinggi dalam perbaikan akhlak.
d.      Tetap beramal saleh (berbuat baik) kepada sesama sesuai dengan keadaan dan kemampuan, seperti aktif dalam kegiatan social, kerja bakti, dan membantu orangtua di rumah dalam menyelesaikan pekerjaan mereka.
e.       Menunjukkan kerelaan atau rida terhadap diri sendiri dan Tuhannya. Juga rida terhadap kehidupan terhadap takdir yang berbentuk nikmat maupun musibah, dan terhadap perolehan rezeki atau karunia Allah swt.
Ridha kedudukannya lebih tinggi daripada sabar. Karena ridha lebih berat dalam prakteknya. Seseorang mungkin bisa bersabar ketika mendapat musibah, tapi sangat sedikit yang bisa ridha. Seseorang mampu bersabar meskipun mendapat musibah yang berat, dia mampu mengekang dirinya untuk tidak menangis dengan menjerit, berteriak dan lain sebagainya. Akan tetapi sangat sedikit orang yang mampu untuk merasakan senang dan bersukur dan menganggap segala keputusan Allah adalah yang terbaik.
Oleh karena itu Umar bin Khattab berkata: “ jika engkau mampu meraih ridha maka raihlah dan apabila tidak mampu maka bersabarlah.”
Ibnu Tamimiyah juga berkata:” ridha yang wajib adalah kedudukannya setara dengan sabar yaitu ridha bagi pemula. Adapun ridha tingkat tinggi adalah ridha yang mengandung ketenangan jiwa yang sempurna.”

 IV.            Nilai positif perilaku Ridha
Rida merupakan kesadaran diri, perasaan jiwa, dan dorongan hati yang menyebabkan seseorang berkenaan sepenuh hati untuk menerima apa yang didapat ataupun yang dihadapi dengan penuh semangat dan rasa kasih sayang.

Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam sikap ridha :
1.      Menciptakan suasana batin yang puas, lega, bahagia
2.      Membawa ketentraman jiwa dan kesejahteraan rohani
3.      Menghilangkan kebencian
4.      Mendorong memikir positif
5.      Mendorong pelakunya beramal sholeh
6.      Akan mendapatkan balasan dari Allah SWT. (surga) karena ia selalu ingin mendapat ridlo dari Allah SWT
Syeh Abdul Qadir Jailani menandaskan bahwa ridha akan meringankan hidup manusia, membuat tenang, tentram, menghilangkan rasa gundah, cape, dan kegelisahan.
    V.            Membiasakan Ridha Dalam Kehidupan Sehari-hari
Konsekuensi ridha kepada Allah harus mengikuti semua yang diajarkan oleh Rasulullah SAW (ittiba’ ar-Rasul). Apabila seorang ridha kepada Allah, tentu dia akan selalu berusaha melakukan segala sesuatu yang diterima dari-Nya dan meninggalkan segala sesuatu yang dibenci-Nya. Untuk itu seseorang agar dapat membiasakan ridha maka perlu melakukan berbagai upaya, yang diantaranya sebagai berikut :
1.      Menyadari pentingnya ridlo didalam kehidupannya, baik sebagai makhluk pribadi, sosial maupun sebagai hamba Allah SWT
2.      Memahami apa yang di takdirkan Allah SWT adalah pilihan terbaik dari-Nya
3.      Suka husnudzon terhadap takdir Allah SWT baik itu yang baik maupun yang buruk
4.      Optimis terhadap prestasi yang kurang baik dan menjadikannya sebagai bahan untuk memperbaiki diri sendiri
5.      Tidak membenci kemalangan atau musibah maupun kegagalan yang telah dicapainya.


Kesimpulan
Ridha adalah salah satu akhlak terpuji yang memiliki pengertian menerima dengan senang hati atas segala yang diberikan Allah swt. Ridha menurut baitul hikmah dikelompokkan menjadi 3 yaitu ridha kepada Allah, ridha apa yang datang dari Allah, dan ridha pada qada’ dan qadar Allah. Bentuk perilaku ridah salah satunya yaitu rela menerima setiap takdir yang sudah ditenteukan Allah dan berkeyakinan bahwa dibalik takdir baik maupun buruk tersimpan rahasia dan hikmah yang berharga. Selain itu perilaku ridha juga terdapat nilai positifnya, seperti menghilangkan kebencian, menciptakan suasana batin yang puas, lega dan bahagia. Kita juga perlu untuk membiasakan ridha dalam kehidupan sehari-hari kita, namun tidak semudah membalikkan telapak tangan karena semua itu memerlukan proses yang bertahap.



Daftar pustaka


LKS Aqidah Akhlak kelas XII semester Gasal

1 komentar: