BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Penindasan yang dilakukan oleh bani Umayyah kepada Bani Hasyim dan Bani
Abbas, menimbulkan semangat bagi mereka untuk bebas dari kekuasaan Bani
Umayyah. Perjuangan yang dilakukan oleh turunan Bani Hasyim dan Bani Abbas ini
dilakukan dalam 2 fase, fase sangat rahasia dan fase terang-terangan.
Fase sangat rahasia dilaksanakan selama Muhammad ibn Ali al-Abbasi masih
hidup. Untuk mendapatkan dukungan, kelompok ini melakukan propaganda yang
dikirim ke seluruh pelosok negara. Pusat kegiatan dilakukan di kota Hamimah,
Kuffah dan Khurasan. Gerakan ini mendapat pengikut yang banyak, terutama dari
golongan-golongan yang pada mulanya mendukung daulat Amawiyah.
Setelah Imam Muhammad meninggal (126 H) dan diganti oleh anaknya, Ibrahim,
terdapat pemuda Persia yaitu Abu Muslim al-Khurasani yang bergabung dalam
gerakan ini. Sejak masuknya Abu Muslim, maka gerakan ini dilakukan secara
terang-terangan, kemudian cara pertempuran dan akhirnya bulan Dzulhijjah tahun
132 H. Terbunuhnya khalifah daulat Ummayyah yang terakhir yaitu Marwan di
Fusfat Mesir dan dengan resmi berdirilah daulat Abbasiyah.
Untuk mengetahui lebih luas, bagaimana daulat Abbasiyah dapat menumbangkan
pemerintahan Bani Umayyah dan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan runtuhnya
daulat Umayyah, maka dalam makalah ini akan dipaparkan mengenai pembahasan
tersebut.
II.
Rumusan Makalah
A. Bagaimana perjuangan Bani Abbasiyah dalam
menggulingkan pemerintahan Bani Umayyah?
B. Apa faktor-faktor penyebab runtuhnya Bani
Umayyah?
III.
Tujuan Penulisan Makalah
A. Untuk mengetahui perjuangan Bani Abbasiyah
dalam menggulingkan pemerintahan Bani Umayyah.
B. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab
runtuhnya Bani Umayyah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perjuangan Bani Abbasiyah
Bani
Abbas—sebuah kabilah yang selain dekat dengan kerabat Muhammad SAW., juga
mempunyai hubungan kedekatan dengan para pendiri pemerintahan Islam sebelumnya.
Kabilah ini mengklaim bahwa mereka mampu menciptakan pemerintahan Islam yang
stabil dan memberikan keadilan yang merata kepada umat Islam yang sebelumnya
telang mengalamu kegagalan disebabkan oleh konflik agama, politik, sosial dan
ekonomi. Maka diperlukan kekuasaan yang solid yang mampu mengembalikan budaya
dan peradaban model baru—dari yang Arab sentris ke model peradaban yang lebih
akomodatif, egaliter dan bersahaja didasarkan homogenitas umat Islam, baik Arab
maupun non-Arab.[1]
Sebelum
berdirinya Dinasti Abbasiyah, terdapat 3 poros utama yang merupakan pusat
kegiatan, antara satu dengan yang lain memiliki kedudukan tersendiri dalam
memainkan peranannya untuk menegakkan kekuasaan keluarga besar paman Rasulullah
SAW, Abbas bin Abdul Muthalib. Dari nama Al-Abbas paman Rasulullah inilah nama
ini disandarkan pada tiga tempat kursi kegiatan, yaitu Humaimah, Kuffah dan Khurasan.
Humaimah
merupakan tempat yang tenteram, bermukim dikota itu keluarga Bani Hasyim, baik
dari kalangan penduduk Ali maupun pendukung Keluarga Abbas. Kuffah merupakan
wilayang penduduknya menganut aliran Syi’ah, pendukung Ali bin Abi Thalib, yang
selalu bergolak dan ditindas oleh Bani Umayyah. Khurasan memiliki warga yang
pemberani, kuat fisik, teguh pendirian, tidak mudah terpengaruh nafsu dan tidak
mudah bingung terhadap kepercayaan yang menyimpang, disanalah diharapkan dakwah
kaum Abbasiyah mendapat dukungan.
Di kota
Humaimah bermukim keluarga Abbasiyah, salah sorang pimpinannya bernama Al-Imam
Muhammad bin Ali yang merupakan peletak dasar-dasar bagi berdirinya Dinasti
Abbasiyah. Ia menyiapkan strategi perjuangan menegakkan kekuasaan atas nama keluarga
Rasulullah SAW. Para penerang dakwah Abbasiyah berjumlah 150 orang dibawah para
pimpinannya yang berjumlah 12 orang dan puncak pimpinannya adalah Muhammad bin
Ali.
Propaganda
Abbasiyah dilaksanakan dengan strategi yang cukup matang sebagai gerakan rahasia.
Akan tetapi, Imam Ibrahim pemimpin Abbasiyah yang berkeinginan mendirikan
kekuasaan Abbasiyah, gerakannya diketahui oleh khalifah Umayyah terakhir, yaitu
oleh Marwan bin Muhammad. Ibrahim akhirnya tertangkap oleh pasukan Dinasti
Umayyah dan dipenjarakan di Haran sebelum akhirnya dieksekusi. Ia mewasiatkan
kepada adiknya Abu Al-Abbas untuk menggantikan kedudukannya ketika tahu ia akan
terbunuh, dan memerintahkan untuk pindah ke Kuffah. Sedangkan pemimpin
propaganda di bebankan kepada Abu Salamah. Segeralah Abu Al-Abbas pindah ke
Humaimah ke Kuffah diiringi oleh para pembesar Abbasiyah yang lain seperti Abu
Ja’far, Isa bin Musa dan Abdullah bin Ali.
Penguasa
Umayyyah di Kuffah, Yazid bin Umar bin Hubairah, ditaklukkan oleh Abbasiyah dan
diusir ke Wasit. Abu Salamah selanjutnya berkemah di Kuffah yang telat
ditaklukkan pada tahun 132 H. Abdullah bin Ali, salah seorang paman Abu
Al-Abbas diperintahkan untuk mengejar kahlifah Umayyah terakhir, Marwan bi
Muhammad bersama pasukannya yang melarikan diri, dimana akhirnya dapat dipukul
di daratah rendah sungai Zabb. Pengejaran dilanjutkan ke Mausul, Harran dan
menyeberangi sungai Eufrat sampai ke Damaskus. Khalifah itu melarikan diri
hingga ke Fustat di Mesir dan akhirnya terbunuh di Busir, wilayah Al-Fayyum, tahun
132H/750M dibawah pimpinan Salih bin Ali, seorang paman Al-Abbas yang lain.
Dengan demikian, maka tumbanglah kekuasaan Dinasti Umayyah, dan berdirilah
Dinasti Abbasiyah yang dipimpin oleh khalifah pertamanya yaitu Abu Al-Abbas
Ash-Shaffah dengan pusat kekuasaan
awalnya di Kuffah.[2]
Sejarah peralihan kekuasaan dari
Daulat Bani Umayyah kepada Daulat Bani Abbas bermula ketika Bani Hasyim menuntut kepemimpinan Islam berada di tangan mereka, karena mereka adalah keluarga
nabi yang terdekat. Tuntutan itu sebenarnya telah ada ketika wafatnya
Rosullallah. Tetapi tuntutan itu baru mengkristal (mengeras) ketika Bani
Umayyah naik tahta dengan mngalahkan Ali bin Abi Thalib. Bani Hasyim yang
menuntut kepemimpinan Islam itu paling tidak dapat digolongkan menjadi dua
golongan besar.
Pertama golongan ‘Alawi, keturunan Ali bin abi Thalib. Mereka ini
dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu: pertama keturunan dari Fatimah, dan yang kedua keturunan dariMuhammad bin Al-Hanafiyah.
Kedua adalah golongan Abbasiyah (Bani Abbasiyah), keturunan
Al-Abbas paman Nabi tersebut. Perbedaan dari kedua golongan
tersebut, paling tidak golongan Abbasiyah lebih mementingkan kemampuan politik
yang lebih besar daripada golongan ‘Alawi.
Pada abad ketujuh terjadi
pemberontakan diseluruh negeri. Pemberontakan yang paling dahsyat dan merupakan
puncak dari segala pemberontakan yakni perang antara pasukan Abbul Abbas
melawan pasukan Marwan ibn Muhammad (Dinasti Bani Umayyah). Yang akhirnya
dimenangkan oleh pasukan Abbul Abbas. Dengan jatuhnya negeri Syiria,
berakhirlah riwayat Dinasti Bani Umayyah dan bersama dengan itu bangkitlah
kekuasaan Abbasiyah. Dari sini dapat diketahui bahwa bangkitnya Daulah
Abbasiyah bukan saja pergantian Dinasti akan tetapi lebih dari itu adalah
penggantian struktur sosial dan ideologi. Sehingga dapat dikatakan kebangkitan
Daulah Bani Abbasiyah merupakan suatu revolusi. Menurut Crane Brinton
dalam Mudzhar (1998:84), ada 4 ciri yang menjadi identitas revolusi yaitu :
1.
Bahwa pada masa sebelum revolusi ideologi yang berkuasa mendapat kritik
keras dari masyarakat disebabkan kekecewaan penderitaan masyarakat yang di
sebabkan ketimpangan-ketimpangan dari ideologi yang berkuasa itu.
2.
Mekanisme pemerintahannya tidak efesien karena kelalaiannya menyesuaikan
lembaga-lembaga sosial yang ada dengan perkembangan keadaan dan tuntutan zaman.
3.
Terjadinya penyeberangan kaum intelektual dari mendukung ideologi yang
berkuasa pada wawasan baru yang ditawarkan oleh para kritikus.
4.
Revolusi itu pada umumnya bukan hanya di pelopori dan digerakkan oleh
orang-orang lemah dan kaum bawahan, melainkan dilakukan oleh para penguasa oleh
karena hal- hal tertentu yang merasa tidak puas dengan sistem yang ada.[3]
Beberapa tokoh yang berperan
penting dalam proses berdirinya Bani Abbasiyah adalah sebagai berikut.
a. Muhammad bin Ali
Muhammad bin Ali merupakan peletak
dasar-dasar pendirian kekhalifahan Bani Abbasiyah. Ia memulai gerakan yang
disebut dakwah , yaitu gerakan propaganda kepada umat Islam bahwa yang
lebih berhak memegang jabatan kekhalifahan adalah kelompok Bani Abbasiyah.
Gerakan ini berhasil menjaring pengikut-pengikut yang setia, terutama di
wilayah khurasan.
b.
Abu Abbas as-Saffah bin Muhammad
Ia meneruskan usaha ayahnya dalam
gerakan dakwah. Setelah gerakan berhasil menumbang Khalifah Marwan
(khalifah terakhir Bani Umayyah), ia dikukuhkan menjadi khalifah dan dianggap
sebagai pendiri kekhalifahan Bani Abbasiyah. Akan tetapi, ia hanya memerintah
dalam waktu yang relative pendek, yaitu empat tahun (750-754M).
c. Abu Muslim al-Khurasani
Ia merupakan tokoh kunci dalam
gerakan dakwah Bani Abbasiyah. Kelihaiannya dalam berpropaganda berhasil
menarik banyak pengikut di daerah asalnya,Khurasan. Setelah kelompok Bani
Abbaiyah cukup kuat, mereka mulai menyerang kekuatan Bani Umayyah di daerah
tersebut dengan Abu Muslim al-khurasani sebagai panglimanya. Hal itu berakhir
dengan tumbangnya Khalifah Marwan dari Bani Umayyah.[4]
Selama dinasti Bani Abbasiyah ini berkuasa
pola pemerintahan yang diterapkan itu berbeda–beda sesuai dengan perubahan
politik, sosial, dan budaya. Berdasarakan perubahan pola pemerintahan dan
politik, para sejarawan biasa membagi masa pemerintahan bani Abbasiyah ke dalam
lima periode, yaitu:
1.
Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periode pengaruh
Persia pertama.
2.
Periode Kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki
pertama.
3.
Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih
dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh
Persia kedua.
4.
Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/l194 M), masa kekuasaan daulah Bani
Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa
pengaruh Turki kedua (di bawah kendali) Kesultanan Seljuk Raya (salajiqah
al-Kubra/Seljuk agung).
5.
Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari
pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota
Baghdad dan diakhiri oleh invasi dari bangsa Mongol.[5]
B. Runtuhnya Bani Umayyah
Pemerintahan
Bani Umayyah memang banyak menuai keberhasilan, namun tidak berarti bahwa
politik dalam negeri dapat dianggap stabil. Muawiyah tidak menaati isi
perjanjiannya dengah Hasan ibn Ali ketika dia naik tahta, yang menyebutkan
bahwa persoalan penggantian pemimpin setelah Muawiyah diserahkan kepada
pemilihan umat Islam.[6]
Dari situlah
datangnya perlawanan kaum Syi’ah dimulai, bersama dengan Abdullah ibn Zubair
mereka menggabungkan kekuatan. Banyak pemberontakan yang dipelopori kaum
Syi’ah, pemberontakan yang terkenal yaitu pemberontakan Mukhtar di Kufah pada
tahun 685-687. Mukhtar mendapat banyak pengikut dari kalangan kaum Mawali,
yaitu umat Islam non-Arab yang berasal dari Persia, Armenia dan lain-lain yang
pada masa Bani Umayyah dianggap sebagai warga negara kelas II. Mukhtar terbunuh
dalam peperangan melawan gerakan oposisi lainnya.[7]
Pada fase akhir
kekuasaan Umayyah terjadi konflik yang menantang legitimasi dan keadilan
pemerintah sehingga menyebabkan melemahnya solidaritas dikalangan Bangsa Arab.
Kerusuhan dan pemberontakan antar suku ditambah dengan gabungan berbagai kekuatan,
seperti kaum khawarij dan Syi’ah yang telah memberi banyak pengaruh bagi
konflik yang ditimbulkan dan masalah asimilasi sosial dan penyatuan ekonomi
antara non-Arab dan kerajaan kerajaan Islam.[8]
Ada beberapa
faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah lemah dan membawanya pada
kehancuran. Diantaranya yaitu:
1. Sistem pergantian khalifah melalui garis
keturunan adalah sesuatu yang baru bagi tradisi arab, yang lebih menentukan
aspek senioritas, pengaturannya tidak jelas. Ketidakjelasan sistem pergantian
khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat dikalangan
anggota keluarga istana.
2. Latar belakang terbentuknya dinasti
Umayyah tidak dapat dipisahkan dari berbagai konflik politik yang terjadi di
masa Ali. Sisa-sisa Syi’ah (para pengikut Ali) dan Khawarij terus menjadi
gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti dimasa awal dan akhir maupun
secara bersembunyi seperti dimasa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah.
Penumpasan terhadap gerakan – gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.
3. Pada masa kekuasaan Bani umayyah,
pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (bani qais) dan Arab Selatan (Bani
Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum islam semakin runcing. Perselisihan
ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan untuk
menggalang persatuan dan kesatuan. Disamping itu, sebagian besar golongan timur
lainnya merasa tidak puas karena status Mawali itu menggambarkan inferioritas,
ditambah dengan keangkuhan bangsa arab yang di perhatikan pada masa Bani
Umayyah.
4. Lemahnya pemerintahan daulah Bani
Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah dilingkungan istana sehingga
anak anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mererka
mewarisi kekuasaan. Disamping itu sebagian besar golongan awamkecewa karena
perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang.
5.
Penyebab
langsung runtuhnya kekuasaan Dinasti Umayyah adalah munculnya kekuatan baru
yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas bin Abbas Al-Muthali. Gerakan ini
mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan golongan Syi’ah. Dan kaum Mawali
yang merasa dikelasduakan oleh pemerintah Bani Umayyah.
Beberapa penyebab tersebut muncul dan menumpuk jadi satu,
sehingga akhirnya mengakibatkan keruntuhan Dinasti Umayyah.
Demikianlah, Dinasti Umayyah pasca wafatnya Umar bin Abdul Aziz yang
berangsur-angsur melemah. Kekhalifahan sesudahnya dipengaruhi oleh
pengaruh-pengaruh yang melemahkan dan akhirnya hancur. Dinasti Bani Umayyah
diruntuhkan oleh Dinasti Bani Abbasiyah pada masa khalifah Marwan bin Muhammad
(Marwan II) pada tahun 127 H/744 M. [9]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bani Abbas—sebuah kabilah yang selain dekat dengan kerabat Muhammad SAW.,
juga mempunyai hubungan kedekatan dengan para pendiri pemerintahan Islam
sebelumnya. Perjuangan yang dilakukan oleh turunan Bani Hasyim dan Bani Abbas
ini dilakukan dalam 2 fase, fase sangat rahasia dan fase terang-terangan. Fase
sangat rahasia dilaksanakan selama Muhammad ibn Ali al-Abbasi masih hidup.
Untuk mendapatkan dukungan, kelompok ini melakukan propaganda yang dikirim ke
seluruh pelosok negara. Pusat kegiatan dilakukan di kota Hamimah, Kuffah dan
Khurasan. Gerakan ini mendapat pengikut yang banyak, terutama dari
golongan-golongan yang pada mulanya mendukung daulat Amawiyah.
Beberapa tokoh
yang berperan penting dalam proses berdirinya Bani Abbasiyah adalah sebagai
berikut : Muhammad bin Ali, Abu Abbas
as-Saffah bin Muhammad dan Abu Muslim al-Khurasani.
Selama dinasti Bani Abbasiyah ini
berkuasa pola pemerintahan yang diterapkan itu berbeda–beda sesuai dengan
perubahan politik, sosial, dan budaya. Berdasarakan perubahan pola pemerintahan
dan politik, para sejarawan biasa membagi masa pemerintahan bani Abbasiyah ke
dalam lima periode, yaitu:
1.
Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M).
2.
Periode Kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M).
3.
Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M).
4.
Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/l194 M).
5.
Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M).
Ada beberapa
faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah lemah dan membawanya pada kehancuran. Diantaranya yaitu:
a.
Sistem
pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi
tradisi arab, yang lebih menentukan aspek senioritas, pengaturannya tidak
jelas.
b.
Latar
belakang terbentuknya dinasti Umayyah tidak dapat dipisahkan dari berbagai
konflik politik yang terjadi di masa Ali.
c.
Pada
masa kekuasaan Bani umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (bani
qais) dan Arab Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum islam
semakin runcing.
d.
Lemahnya pemerintahan daulah Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup
mewah dilingkungan istana sehingga anak anak khalifah tidak sanggup memikul
beban berat kenegaraan tatkala mererka mewarisi kekuasaan.
Munculnya kekuatan
baru yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas bin Abbas Al-Muthali.
Footnote dan daftar pustaka saya hidden, jika ingin footnote dan daftar pustaka bisa langsung memfollow akun IG atau twitter di samping untuk menghubungi saya dan memintanya. terimakasih :)